MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM-PESERTA DIDIK

Posted by Jimmz Kamis, 05 September 2013 2 komentar
MAKALAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Didalam pandangan yang lebih modern anak didik tidak hanya dianggap sebagai objek atau sasaran pendidikan, melainkan juga mereka harus diperlukan sebagai subjek pendidikan, diantaranya adalah dengan cara melibatkan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan dan pengarahan.
Dalam makalah ini, pemakalah mencoba membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan yang diharapakan, khususnya dalam pendidikan Islam.

B.    RUMUSAN MASALAH
1.    Apa pengertian peserta didik?
2.    Apa saja tugas dan kewajiban peserta didik?
3.    Apa saja klasifikasi peserta didik?
4.    Apa saja sifat ideal peserta didik?

C.     TUJUAN PENULISAN
1.    Menjelaskan pengertian peserta didik.
2.    Menjelaskan tugas dan kewajiban peserta didik.
3.    Memaparkan klasifikasi peserta didik.
4.    Memaparkan sifat ideal peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN PESERTA DIDIK
Secara etimologi peserta didik dalam bahasa arab disebut dengan Tilmidz jamaknya adalah Talamid, yang artinya adalah “murid”, maksudnya adalah “orang-orang yang mengingini pendidikan”. Dalam bahasa arab dikenal juga dengan istilah Thalib, jamaknya adalah Thullab, yang artinya adalah “mencari”, maksudnya adalah “orang-orang yang mencari ilmu”. Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw:
من طلب علما فادركه كتب الله كفلين…….( رواه الطبرنى )
“Siapa yang menuntut ilmu dan mendapatkannya, maka Allah mencatat baginya dua bagian”. (HR. Thabrani)
Secara terminologi peserta didik adalah anak didik atau individu yang mengalami perubahan, perkembangan sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta  sebagai bagian dari struktural proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik dan mental maupun fikiran.

B.    TUGAS DAN KEWAJIBAN PESERTA DIDIK
Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka setiap peserta didik hendaknya, senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.. Menurut Asma Hasan Fahmi tugas dan kewajiban yang harus dipenuhi peserta didik diantaranya adalah :
1.    Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut ilmu.
2.    Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai sifat keimanan.
3.    Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
4.    Peserta didik hendaknya belajar secara bersungguh-sungguh dan tabah dalam belajar.
    Kewajiban peserta didik diantaranya adalah:
1.    Sebelum belajar hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari segala sifat buruk.
2.    Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai fadillah.
3.    Wajib bersungguh – sungguh dalam belajar, wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesama, bergaul baik terhadap guru-gurunya.

C.    KLASIFIKASI PESERTA DIDIK
1.    Peserta didik dalam lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan masyarakat alamiyah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Dalam lingkungan ini terletak dasar pendidikan, diantara peserta didik dalam keluarga adalah anak. Jelas bahwa seringkali dilakukan perlakuan maupun didikan yang berbeda terhadap anak yang dalam keluarganya memproleh didikan yang keras, dan lemah terhadap anak yang ditelantarkan, anak yang asosial dan anak dari kelurga yang harmonis.
2.    Peserta didik dalam lingkungan asrama.
Setiap asrama mempunyai suasana tersendiri yang amat diwarnai oleh para pendidik, dan oleh anggota kelompok yang berbeda asal mereka. Jenis dan bentuk peserta didik dilingkungan asrama bermacam-macam, diantaranya adalah :
a.    Asrama santunan yatim piatu, yang didalamnya terdapat anak-anak yang orang tuanya sudah meninggal. Mereka inilah yang siap menjadi peserta didik dalam lingkungan asrama.
b.    Asrama tampungan, dimana anak-anak dididik oleh orang tua angkatnya, karena orang tua kandung mereka tidak mampu membiayainya, atau dengan sengaja orang tua mereka menitipkan untuk dididik.
c.    Asrama untuk anak-anak nakal atau mempunyai kelainan fisik dan mental, sehingga membutuhkan pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.
d.    Asrama yang dibutuhkan untuk menunjang ketercapaian tujuan pendidikan sutau jabatan.
3.    Peserta didik dalam lingkungan perkumpulan remaja.
Dalam perkumpulan remaja, seperti organisasi-organisasi, dapat menyalurkan hasrat dan kegiatan, terdapat peserta didik yang pada umumnya anak-anak yang berumur diatas dua balas tahun. Dalam masa remaja anak-anak membutuhkan pendidikan yang bermanfaat karena mereka berada dalam fase puber yang mulai menampakkan perubahan dalam bentuk fisik dan menunjukan keresahan dan kegelisahan mental dan batin.
4.    Peserta didik dalam lingkungan kerja.
Kehidupan dewasa ini menuntut lebih benyak mengutamakan ketahanan fisik dan mental, karena diatas pundak mereka terpikul kewajiban-kewajiban yang lebih berat. Oleh sebab itu mereka sangat membutuhkan pendidikan yang berbobot dalam segi pengetahuan, akhlak maupun keterampilan.
5.    Peserta didik dalam lingkungan sekolah.
Sekolah merupakan tempat berkumpulnya anak-anak yang berbeda kelas dan tingkat pengathuannya, mereka memperoleh pendidikan dari guru-guru mereka, berupa ilmu pengetahuan (intelek), menanamkan kepribadian yang baik dan mengajarkan bersosialisasi. Peserta didik ini lah yang disebut dengan murid atau siswa.

D.    SIFAT IDEAL PESERTA DIDIK
Dalam upaya mencapai tujuan Pendidikan Islam, peserta didik hendaknya memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam dari dan kepribadiannya. Diantara sifat-sifat ideal ynag perlu dimiliki peserta didik misalnya ; berkemauan keras atau pantang menyerah, memiliki motivasi yang tinggi, sabar, dan tabah, tidak mudah putus asa dan sebagainya.
Berkenaan dengan sifat ideal diatas, Imam Al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan sifat-sifat ideal yang patut dimiliki peserta didik yaitu :
1.    Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub ila Allah. Mempunyai ahklak yang baik dan meninggalkan yang buruk.
2.    Mengurangi kecendrungan pada kehidupan duniawi disbanding ukhrawi dan sebaliknya.
3.    Bersifat tawadhu’ (rendah hati).
4.    Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan dan aliran.
5.    Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji baik ilmu umum dan agama.
6.    Belajar secara bertahap atau berjenjang dengan melalui pelajaran yang mudah menuju pelajran yang sulit.
7.    Mempelajari ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih kepada ilmu yang lainnya.
8.    Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari
9.    Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.
10.    Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat, membahagiakan, serta memeberi keselematan dunia dan akhirat.

BAB II
PENUTUP

1.    KESIMPULAN
Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapakan, sangat perlu sistem pendidikan, sistem pendidikan harus diperkuat dengan komponen-komponen pendidikan, salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah peserta didik.
Semenjak manusia berada dalam rahim ibunya, disitu manusia sudah berikrar dihadapan Allah, bahwa ia meyakini Allah lah tuhan yang pantas ia sembah. Ini fitrah manusia, yang disebut dengan istilah hanif (cenderung kepada kebenaran).
Namun kecenderungan itu, bisa berbalik kalau tidak dibimbing dan diasuh dengan pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, masyarakat, maupun di sekolah. Mereka yang dalam proses pendidikan inilah yang disebut dengan peserta didik.
Namun pendidikan, tentu melalui proses yang sangat panjang, dan beliku-liku disertai dengan onak dan duri. Maka disnilah sangat pentingnya memahami hak dan kewajiban peserta didik, serta memahami dimensi-dimensi yang harus dikembangkan. Kalau ini semua sudah terlengkapi insyaallah tujuan pendidikan yang dicita-citakan akan bisa dirasakan oleh peserta didik sendiri, maupun efeknya bagi umat dan bangsa.

2.    SARAN
Bagi peserta didik harus senantiasa menjalankan kewajiban-kewajiban dan etika-etika yang ada dalam menuntut ilmu, supaya dalam menuntut ilmu mendapatkan kemudahan dan dapat tercapai apa tujuan dari peserta didik itu sendiri.

Baca Selengkapnya ....

MAKALAH HAKIKAT, FUNGSI dan KARAKTERISTIK BAHASA

Posted by Jimmz 2 komentar
 MAKALAH
HAKIKAT, FUNGSI dan KARAKTERISTIK BAHASA
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

    Dalam mekanisme pengertian dan karakteristik hakikat, fungsi, dan karakteristik terdapat beberapa pengertian, istilah, dan penjelasan. Dimana semua itu dapat menjelaskan dengan rinci pemecahan masalah tersebut.
    Pemecahan masalah tersebut sebagai upaya untuk mengimbangi dan meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa atau masyarakat umum. Disisi lain penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas atau kewajiban sebagai mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian bahasa ?
2.    Apa hakikat bahasa ?
3.    Apa fungsi bahasa ?
4.    Apa karakteristik bahasa ?

C. Tujuan Penulisan
    Makalah ini penulis susun bertujuan agar penulis khususnya, mahasiswa dan pembaca umumnya dapat menguasai dan memahami tentang kebahasaan. Selain itu juga sebagai salah satu tugas terstruktur dalam mata kuliah bahasa Indonesia.


BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Bahasa
       Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
Pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli:
1. Bill Adams
Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif.
2. Wittgenstein
Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis.
3. Ferdinand De Saussure
Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.
4. Plato
Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut.
5. Bloch & Trager
Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama.
6. Carrol
Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia.
7. Sudaryono
Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman.
8. Saussure
Bahasa adalah objek dari semiologi.
9. Mc. Carthy
Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
10. William A. Haviland
Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

B.Hakikat Bahasa

1.    Dinamis
Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tak disertai oleh bahasa. Bahkan dalam bermimpi pun manusia menggunakan bahasa.
2.    Unik
Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain. Bahasa itu unik, maksudnya, setiap bahasa mempunyai ciri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Ciri khas ini bisa menyangkut sistem bunyi, sistem pembentukan kata, sistem pembentukan kalimat atau sistem-sistem lainnya.
3.    Universal
Selain bersifat unik, bahasa itu bersifat universal, artinya, ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki oleh setiap bahasa yang ada di dunia ini. Ciri-ciri yang universal itu tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum, yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
4.    Produktif
Kata produktif adalah bentuk ajektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah “banyak hasilnya”, atau lebih tepat “terus menerus menghasilkan”. Bahasa itu produktif, maksudnya, meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas, dapat dibuat satuan-satuan bahasa yang jumlahnya tidak terbatas, meski secara relatif, sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
5.    Konvensional
Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkannya bersifat arbitrer, penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat konvensional. Artinya, semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konvensi bahwa suatu lambang digunakan untuk mewakili konsep yang dilambangkannya.
6.    Arbitrer
Kata arbitrer bisa diartikan ’sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap, manasuka’. Yang dimaksud dengan istilah arbitrer itu adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang tersebut. Umpamanya, antara [kuda] dengan yang dilambangkannya, yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa binatang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda], bukan [aduk] atau [akud].
7.    Bermakna
Dari tulisan sebelumnya sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah sistem lambang yang berwujud bunyi, atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi. Oleh karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran, dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
8.    Bunyi
Kata bunyi sering sukar dibedakan dengan suara, sudah biasa kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Secara teknis, menurut Kridalaksana, bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi itu bisa bersumber pada gesekan atau benturan benda-benda, alat suara pada binatang dan manusia.
9.    Lambang
Kata lambang sering dipadankan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan segala seluk-beluknya dikaji orang dalam kegiatan ilmiah dalam bidang kajian yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu antara lain tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks, dan ikon.

C.Fungsi Bahasa
1.    Fungsi Personal atau Pribadi
Dilihat dari sudut penutur, bahasa berfungsi personal. Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedang sedih, marah atau gembira.
2.    Fungsi Direktif
Dilihat dari sudut pendengar atau lawan bicara, bahasa berfungsi direktif, yaitu mengatuf tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan kegiatan yang sesuai dengan yang dikehendaki pembicara.
3.    Fungsi Fatik
Bila dilihat segi kontak antara penutur dan pendengar, maka bahasa bersifat fatik. Artinya bahasa berfungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan bersahabat atau solidaritas sosial. Ungkapan-ungkapan yang digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu pamit, berjumpa atau menanyakan keadaan. Oleh karena itu, ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diterjemahkan secara harfiah.
4.    Fungsi Referensial
Dilihat dari topik ujaran bahasa berfungsi referensial, yaitu berfungsi untuk membicarakan objek atau peristiwa yang ada disekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial ini yang melahirkan paham tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana si penutur tentang dunia di sekelilingnya.
5.    Fungsi Metalingual atau Metalinguistik
Dilihat dari segi kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau metalinguistik. Artinya, bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu sendiri. Biasanya bahasa digunakan untuk membicarakan masalah lain seperti ekonomi, pengetahuan dan lain-lain. Tetapi dalam fungsinya di sini bahasa itu digunakan untuk membicarakan atau menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa di mana kaidah-kaidah bahasa dijelaskan dengan bahasa.
6.    Fungsi Imajinatif
Jika dilihat dari segi amanat (message) yang disampaikan maka bahasa itu berfungsi imajinatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan; baik yang sebenarnya maupun yang hanya imajinasi (khayalan) saja. Fungsi imaginasi ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng dan sebagainya) yang digunakan untuk kesenangan penutur maupun para pendengarnya.

D.Karakteristik Bahasa
       Bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
1.    Bahasa Bersifat Abritrer
       Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
2.    Bahasa Bersifat Produktif
       Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
3.    Bahasa Bersifat Dinamis
       Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
4.    Bahasa Bersifat Beragam
       Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
5.    Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.





BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
    Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.
2.Saran
    Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para pembaca  demi kesempurnaan  makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.


Baca Selengkapnya ....

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN - INTELEGENSI

Posted by Jimmz 3 komentar
 MAKALAH INTELEGENSI

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Intelegensi merupakan salah satu konsep yang dipelajari dalam psikologi. Pada hakekatnya, semua orang sudah merasa memahami makna intelegensi. Sebagian orang berpendapat bahwa intelegensi merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan.
Intelegensi erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Banyak problem – problem manusia yang berhubungan dengan intelegensi. Dalam dunia pendidikanpun, intelegensi merupakan hal yang sangat berkaitan. Seolah – olah intelegensi merupakan penentu keberhasilan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan, dan merupakan suatu penentu keberhasilan dalam semua bidang kehidupan. Untuk mengetahui tentang apa itu intelegensi, akan dijelaskan lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1.    Apa definisi intelegensi ?
2.    Apa saja factor yang mempengaruhi intelegensi ?
3.    Apa saja teori intelegensi ?
4.    Bagaimana cara pengukuran intelegensi ?
5.    Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik ?


C. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui definisi intelegensi.
2.    Untuk memahami factor yang mempengaruhi intelegensi.
3.    Untuk memahami teori intelegensi.
4.    Untuk memahami cara pengukuran intelegensi.
5.    Untuk memahami faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar peserta didik.







BAB II
PEMBAHASAN
1.Definisi Intelegensi

A.    Pengertian Intelegensi Secara Etimologis
    Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.

B.    Definisi Intelegensi Menurut Para Ahli
a.    Alfred Binet (1857-1911) & Theodore Simon
Inteligensi terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran atau tindakan, kemampuan untuk mengubah arah tindakan bila tindakan itu telah dilaksanakan, dan kemampuan untuk mengritik diri sendiri (autocriticism).
b.    Lewis Madison Terman (1916)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan seseorang untuk berpikir secara abstrak.
c.    H. H. Goddard (1946)
Mendefinisikan inteligensi sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi dan untuk mengantisipasi masalah-masalah yang akan datang.
d.    V.A.C. Henmon
Mengatakan bahwa inteligensi terdiri atas dua faktor, yaitu kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengetahuan yang telah diperoleh.
e.    Baldwin(1901)
Mendefinisikan inteligensi sebagai daya atau kemampuan untuk memahami.
f.    Edward Lee Thorndike (1913)
Mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan dalam memberikan respon yang baik dari pandangan kebenaran atau fakta.
g.    Walters dan Gardber (1986)
Mendefinisikan inteligensi sebagai suatu kemampuan atau serangkaian kemampuan-kemampuan yang memungkinkan individu memecahkan masalah, atau produk sebagai konsekuensi eksistensi suatu budaya tertentu.


2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Intelegensi

A.    Faktor pembawaan
Faktor pembawaan merupakan faktor pertama yang berperan di dalam intelegensi. Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
B.    Faktor minat dan pembawaan yang khas
Faktor minat ini mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luas, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
C.    Faktor pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan sengaja, seperti yang dilakukan di sekolah dan pembentukan yang tidak disengaja, misalnya pengaruh alam disekitarnya.
D.    Faktor kematangan
Di mana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila anak-anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat SD, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan umur.
E.    Faktor kebebasan
Faktor kebebasan artinya manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.

4.Teori-Teori Intelegensi

A.    Teori Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Spearman, dia mengembangkan teori dua faktor dalam kemampuan mental manusia. Yakni :
a.    Teori faktor “g” (faktor kemampuan umum) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara umum (misalnya, kemampuan menyelesaikan soal – soal matematika)
b.    Teori faktor “s” (faktor kemampuan khusus) : kemampuan menyelesaikan masalah atau tugas – tugas secara khusus (misalnya, mengerjakan soal – soal perkalian,atau penambahan dalam matematika)

B.    Teori Struktural Intelektual
Teori ini dikembangkan oleh Guilford, dia mengatakan bahwa tiap-tiap kemampuan memiliki jenis keunikan tersendiri dalam aktifitas mental atau pikiran (operation), isi informasi (content), dan hasil informasi (product). Penjelasannya adalah sbb :
a.    Operation (aktivitas pikiran atau mental)
i.    Cognition, yaitu aktivitas mencari, menemukan, mengetahui dan memahami informasi. Misalnya mengetahui makna kata “adil” atau “krisis”.
ii.    Memory, yakni menyimpan informasi dalam pikiran dan mempertahankannya.
iii.    Divergent production, yakni proses menghasikan sejumlah alternative informasi dari gudang ingatan untuk memenuhi kebutuhan, misalnya mengusulkan sejumlah judul sebuah cerita.
iv.    Convergent production, yaitu penggalian informasi khusus secara penuh dari gudang ingatan. Misalkan menemukan kata – kata yang cocok untuk jawaban TTS.
v.    Evaluation, yakni memutuskan yang paling baik dan yang cocok dengan tuntunan berpikir logis.
b.    Content (isi informasi)
i.    Visual, yaitu informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh mata.
ii.    Auditory, yakni informasi – informasi yang muncul secara langsung dari stimulasi yang diterima oleh system pendengaran (telinga).
iii.    Simbolic, yaitu item – item informasi yang tersusun urut bersamaan dengan item – item yang lain. Misalnya sederet angka, huruf abjad dan kombinasinya.
iv.    Sematic, biasanya berhubungan dengan makna atau arti tetapi tidak melekat pada simbol – simbol kata.
v.    Behaviora, yakni item informasi mengenai keadaan mental dan perilaku individu yang dipindahkan melalui tindakan dan bahasa tubuh.
c.    Product (bentuk informasi yang dihasilkan)
i.    Unit, yaitu suatu kesatuan yang memiliki suatu keunikan didalam kombinasi sifat dan atributnya, contoh bunyi musik,cetakan kata.
ii.    Class, yakni sebuah konsep dibalik sekumpulan objek yang serupa. Misalkan bilangan genap dan ganjil.
iii.    Relation, yakni hubungan antara dua item. Contoh dua orang yang memiliki huruf depan berurutan, Abi kawin dengan Ani.
iv.    Sistem, yakni tiga item atau lebih berhubungan dalam suatu susunan totalitas. Misalkan tiga orang berinteraksi didalam sebuah acara dialog di TV.
v.    Transformation, yaitu setiap perubahan atau pergantian item informasi.
vi.    Implication, yakni item informasi diusulkan oleh item informasi yang sudah ada. Misalkan melihat 4X5 dan berpikir 20.

C.    Teori Kognitif
Teori ini dikembangkan oleh Sternberg menurutnya inteligensi dapat dianalisis kedalam beberapa komponen yang dapat membantu seseorang untuk memecahkan masalahnya diantaranya :
a.    Metakomponen adalah proses pengendalian yang terletak pada urutan lebih tinggi yang digunakan untuk melaksanakan rencana, memonitor, dan mengevaluasi kinerja dalam suatu tugas
b.    Komponen kinerja adalah proses – proses pada urutan lebih rendah yang digunakan untuk melaksanakan berbagai strategi bagi kinerja dalam tugas
c.    Komponen perolehan pengetahuan adalah proses – proses yang terlibat dalam mempelajari informasi baru dan penyimpanannya dalam ingatan
D.    Teori Inteligensi Majemuk (multiple intelligences)
Teori ini dikembangkan oleh Howard Gadner, dalam teorinya ia mengemukakan sedikitnya ada tujuh jenis inteligensi yang dimiliki manusia secara alami, diantaranya:
a.    Inteligensi bahasa (verbal or linguistic intelligence) yaitu kemampuan memanipulasi kata – kata didalam bentuk lisan atau tulisan. Misalnya membuat puisi
b.    Inteligensi matematika-logika (mathematical-logical) yaitu kemampuan memanipulasi sistem-sistem angka dan konsep-konsep menurut logika. Misalkan para ilmuwan bidang fisika, matematika.
c.    Inteligensi ruang (spatial intelligence) adalah kemampuan untuk melihat dan memanipulasi pola-pola dan rancangan. Contohnya pelaut, insinyur dan dokter bedah.
d.    Inteligensi musik (musical intelligence) adalah kemampuan memahami dan memanipulasi konsep-konsep musik. Contohnya intonasi, irama, harmoni
e.    Inteligensi gerak-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence) yakni kemampuan untuk menggunakan tubuh dan gerak. Misalkan penari, atlet.
f.    Inteligensi intrapersonal yaitu kemampuan untuk memahami perasaan – perasaan sendiri, refleksi, pengetahuan batin, dan filosofinya,contohnya ahli sufi dan agamawan.
g.    Inteligensi interpersonal yaitu kemampuan memahami orang lain, pikiran maupun perasaan – perasaannya, misalnya politis, petugas klinik, psikiater.

5.Pengukuran Intelegensi
Pada tahun 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, 2 orang psikolog Perancis merancang suatu alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak yang kurang pandai). Alat tes itu dinamakan Tes Binnet-Simon. Tes ini kemudian direvisi pada tahun 1911.
Tahun 1916, Lewis Terman, seorang psikolog dari Amerika mengadakan banyak perbaikan dari Tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan ini disebut Tes Stanford_binet. Indeks seperti ini sebetulnya telah diperkenalkan oleh psikolog Jerman yang bernama William Stern, yang kemudian dikenal dengan Intelligence Quotient atau IQ. Tes Stanford_Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.
Salah satu reaksi atas Tes Binet-Simon atau Tes Stanford-Binet adalah bahwa tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Spearman mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum saja (General factor), tetapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut teori faktor (Factor Theory of Intelligence). Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak.

6.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Belajar Peserta Didik
    Menurut Slameto (2010: 54) ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
A.    Faktor intern, terdiri dari :
a.    Faktor Jasmaniah antara lain, faktor kesehatan, dan cacat tubuh.
b.    Faktor Psikologi yaitu, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
c.    Faktor Kelelahan, faktor kelelahan sangat mempengaruhi hasil belajar, agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan.
B.    Faktor Ekstern terdiri dari :
a.    Faktor Keluarga, seperti cara orang tua mendidik, relasi antar anggota, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b.    Faktor Sekolah, seperti metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c.    Faktor Masyarakat, seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.



BAB III
PENUTUP
1.Kesimpulan
    Kecerdasan atau intelegensi adalah kemampuan adaptasi dan menggunakan pengetahuan yang di miliki dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup seseorang. Beberapa teori menyatakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh individu dalam menentukan tujuan hidupnya.
    Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni: kecerdasan sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian pengetahuan pun bertambah. (Djaali, 2006:63) memandang kecerdasan sebagai pemandu dan penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
    Dengan kata lain, orang yang lebih cerdas, akan mampu memilih strategi pencapaian sasaran yang lebih baik dari orang yang kurang cerdas. Artinya orang yang cerdas mestinya lebih sukses dari orang yang kurang cerdas. Yang sering membingungkan ialah kenyataan adanya orang yang kelihatan tidak cerdas (sedikitnya di sekolah) kemudian tampil sukses, bahkan lebih sukses dari rekan-rekannya yang lebih cerdas, dan sebaliknya.

2.Saran
    Penulis menyadari banyak terdapat kekeliruan dalam penulisan makalah ini, maka penulis mengharapkan masukan dan kritikan yang membangun dari para pembaca  demi kesempurnaan  makalah ini. Atas masukan kritikan dan sarannya, penulis ucapkan terima kasih.





Baca Selengkapnya ....
Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Sandal_Jepit.